Selasa, 11 November 2014

PANDANGAN EKOLOGIS TERHADAP MANUSIA (KONSEP DOMINASI EKOLOGI MANUSIA)


Oleh:
Ir. Beny.Ulu Meak, M.Si

Pandangan dasar ekologis terhadap manusia
Secara khusus, memang telah ada diskusi-diskusi yang serius dan berkesinambungan tentang penerapan pandangan ekologi terhadap manusia dari berbagai pendekatan teoritis yang ada seperti : Determinisme Lingkungan (Environmental Determinism) dan Posibilisme Lingkungan (Environmental Possibilism) yang dikemukan oleh Arnold Toynbee dalam bukunya yang sangat terkenal berjudul “A Study of History” (1947); untuk memahami hubungan/interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya.
Ekologi manusia (human ecology) adalah salah satu cabang khusus dari ekologi (Autoekologi) yang secara umum didefinisikan sebagai studi mengenai hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya, pada akhir-akhir ini mendapatkan perhatian yang sangat serius dari semua ilmu sosial dan ilmu lain yang terkait. Meskipun demikian, dalam kenyataannya hanya ada sedikit kesesuaian pandangan mengenai apa sebenarnya dan bagaimana seharusnya ekologi manusia itu. Seperti semua mahluk hidup lainnya, manusia senantiasa berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya juga manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Pandangan ekologi menyatakan bahwa sebenarnya manusia itu sama seperti mahkluk hidup yang lain atau manusia tidak lebih dari sebuah pohon, seekor burung maupun seekor ikan di laut karena manusia adalah mahkluk hidup sama seperti makluk hidup lainnya akan selalu hidup berdampingan dengan sesama mahkluk hidup dan saling membutuhkan untuk mempertahankan hidupnya serta selalu beradaptasi dengan lingkungan hidupnya.
Manusia disebut sebagai Homo Sapiens karena merupakan mahkluk hidup yang memiliki kearifan artinya bisa mengambil keputusan serta memberi pertimbangan secara baik dan benar. Manusia merupakan khalikah (bahasa Arab) artinya yang mencipta dan memiliki keistimewaan dibandingkan dengan ciptaan Tuhan lainnya karena manusia memiliki akal budi, hati nurani mempunyai peranan tertentu dalam lingkungan hidupnya, bermasyarakat dan memiliki kebudayaan dan peradaban. Citra lingkungan tradisional manusia pada umumnya ialah manusia merupakan bagian lingkungan hidupnya. Karena itu kelangsungan hidup manusia tergantung dari keutuhan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup tidak dipandang semata-mata sebagai sumberdaya yang harus dieksploatasi, melainkan terutama sebagai tempat hidup yang mensyaratkan adanya keserasian antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Manusia juga disebut homo faber, yaitu: makhluk yang dapat membuat dan mempergunakan alat untuk melakukan penyesuaian diri; homo laquens, yaitu: makhluk yang dapat berbicara dan berkomunikasi; homo socialis, yaitu: makhluk yang dapat bermasyarakat; homo economis, yaitu: makhluk yang dapat berusaha; homo religious, yaitu: mahkluk yang beragama; artis creator, yaitu: makhluk yang dapat menciptakan kesenian untuk menyatakan kesadaran estetikanya; homo delegans, yaitu: makhluk yang dapat menyerahkan tugas kepada manusia yang lainnya; dan homo legatus, yaitu: makhluk yang mewariskan budaya (Effendi dan  Malihah, 2006)

ManusiaDominanTerhadapLingkunganya
Manusia merupakan makhluk dominan secara ekologis karena memiliki sifat-sifat anatomi serta mentalnya, sifat-sifat itulah yang menyebabkan manusia dapat berkompetensi dan berhasil dengan baik mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Dengan demikian, ia dapat memberi pengaruh besar terhadap lingkungannya serta organisme lainnuya dalam ekosistem. Kemampuan ini diperoleh dari keunggulan manusia atas makhluk lain yang terdiri dari dua faktor berupa, Pertama: faktor karakteristik fisik yang bersifat anatomis (bentuk tubuh); proporsi imbangan kaki dan tangan manusia yang lebih panjang pada kaki memungkinkan manusia berdiri tegak, memberikan posisi nyaman bagi punggung, leher, dan keleluasaan gerak tangan ibu jari manusia yang leluasa digerakkan keberbagai arah, dan empat jari tangan lainnya, kondisi ini memungkinkan manusia lebih bebas melakukan berbagai aktivitas; manusia selain bersifat herbivora, juga bersifat karnivora, dan predator. Otak manusia besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Otak bagian depan yang merupakan pusat pikiran lebih besar dan kompleks jika dibandingkan dengan primate lainnya; dan Kedua: faktor karakteristik mental (pola berfikir), karena manusia memiliki rasa ingin tahu yang tidak terbatas, hal ini memicu terbentuknya inovasi secara berkesinambungan terutama terhadap berbagai aspek yang menyangkut kenyamanan dan kebutuhan hidupnya; dan penglihatan tiga dimensi, memungkinkan manusia menghasilkan alat dengan perspektif lebih baik, manusia mampu menakar jarak dan ruang. Manusia mampu menikmati lebih banyak “persepsi warna” disbanding makhluk hidup lainnya, sehingga mampu mengidentifikasi benda dengan mudah dan tepat.

Peran penting manusia terhadap lingkungan hidupnya
1)   Manusia sebagai organisme yang dominan secara ekologik; maksudnya, organism dikatakan secara ekologik jika: (a).    Manusia dapat berkompetensi secara lebih baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama dalam hal makanan jika dibandingkan dengan makhluk lain dalam suatu ekosistem, dan (b). Manusia mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan tempat hidupnya, atau terhadap organisme yang lain.
2)   Manusia sebagai makhluk pembuat alat/tukang (Homo Faber); artinya manusia dengan kemampuan pikirnya dapat membuat alat-alat yang digunakan untuk mencari nafkah dan mempertahankan diri.Dengan alat yang dibuatnya manusia juga merupakan organisme yang dapat membudidayakan bahan makanannya sebgai suatu perubahan cara hidup dari pengumpulan makanan jadi penanaman serta pemetik hasil tanaman merupakan suatu pencapaian yang mempunyai dampak ekologi yang luas.
3)   Manusia sebagai makhluk biologis imperialisme; Menurut (Chiras,1985) bahwa manusia dikenal sebagai makhluk mengeksploitasi ekosistem yang hebat, karena sifat dasar manusia sebagai penakluk dan pengatur alam. Sejak semula manusia dengan mentalitas frontier mengeksploitasi lingkungan hidupnya untuk memperoleh hasil yang sebanyak-banyaknya,tidak hanya untuk makanan, tetapi juga untuk keperluan lain seperti rumah,bahan organik untuk obat-obatan dan lain-lain .
4)   Manusia sebagai penyebab evolusi; Perkembangan pengetahuan dan ketrampilan teknis mengakibatkan manusia muncul sebagai makhluk hidup dominan secara ekologik. Selain itu ia merupakan penyebab utama dalam proses evolusi organik. Evolusi alamiah berlangsung sangat lambat, tetapi perusakan alam oleh manusia baik yang dilakukan tidak sengaja maupun yang disengaja telah mempercepat evolusi organik. Akibatnya, ada jenis-jenis organisme yang jumlahnya sudah sangat kurang sampai batas sukar untuk dipulihkan kembali, bahkan ada yang telah punah.Disamping itu, ada jenis-jenis yang justru meningkat jumlahnya, ada jenis yang varietasnya bertambah. Semuanya itu disebabkan oleh intervensi manusia.
5)   Manusia sebagai makhluk pengotor; Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang mengotori lingkungannya. Selain faces manusia juga membuang kotoran organik yang penguraiannya lambat sekali, kotoran bahan sintetik dan juga racun. Semua ini akan mencemari lingkungan.Bahan buangan berbentuk padat ada juga yang dapat dihancurkan secara biologic, seperti makanan sisa; ada yang tidak dapat dihancurkan secara biologic, seperti: kertas, besi, gelas, dan plastik.Bahan buangan berbentuk gas merupakan polutan yang paling banyak dihasilkan sebagai kotoraan dari kawasan industri, misalnya CO, CO2, hidrokarbon, belerang dioksida. Sumbernya ialah pembakaran sampah rumah tangga, mesin industri dan mesin kendaraan.
6)   Manusia sebagai makluk sosial atau makluk berbudaya; artinya manusia memiliki akal dan budi,  sehingga mampu untuk mengambil keputusan tentang apa yang benar dan apa yang baik terhadap lingkungannya. Keputusan yang dibuat oleh manusia didasarkan pada hubungan timbal balik atau “relationship” antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya, seperti pengembangan potensi sumberdaya yang ada di ekosisitim atau tempat hidupnya (habitat). Manusia yang memiliki akal dan budi senantiasa menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat universal, rasional, dan fungsional.
7)   Manusia sebagai animal educandum dan animal educandus sekaligus, yaitu manusia sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik, sehingga manusia dapat menguasai IPTEK (Ilmu, Pengetahuan dan Teknologi) sebagai kekuatan pendorong (driving force) yang dapat mewujudkan sistim sosial berupa pengembangan lingkungan fisiknya (benda mati), pengembangan lingkungan biologisnya (benda hidup) dan pengembangan lingkungan sosial (manusia lainnya) dalam suatu hubungan yang saling menguntungkan atau saling memberi.

Manusia Penyebab Gangguan Kerusakan Lingkungan Hidup
Sejak tiga dasawarsa terakhir, para pakar dari berbagai bidang ilmu telah sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa lingkungan kehidupan di planet Bumi ini telah mengalami berbagai gangguan dan dampak yang mengkhawatirkan karena mengancam keberlangsungan kesehjateraan kehidupan, bahkan eksistensi (survival) manusia. Penyebab utama semua gangguan lingkungan itu ternyata berpangkal pada manusia itu sendiri, sebagai akibat laju peningkatan populasi yang sangat tinggi.  Berbagai kegiatan manusia, yang pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi  kebutuhan hidupnya, secara langsung ataupun tidak, telah memberikan dampak besar dan penting pada lingkungan yang seringkali berskala global.
Pada awal abad 19 sampai dengan abad 21 manusia berfikir bahwa mereka hidup pada dunia dan zaman yang modern dan maju dalam teknologi dan segala bidang, yang akhirnya membuat manusia bergantung pada teknologi. Manusia berfikir kemajuan teknologi adalah suatau prestasi manusia dalam rangka menguasai dunia, namun manusia terlena dan terlupakan dengan kehidupan yang akan datang, artinya kehidupan pada generasi pasca kehidupan mereka.
Pada awal revolusi yang dimotori oleh negara Perancis yang mengubah pola kerja dari tenaga manusia menjadi tenaga mesin dan itu merubah juga pada kondisi lingkungan. Yang mana dari mesin-mesin itu mengeluarkan asap, limbah dan zat-zat lain. yang mengganggu lingkungan dan lama-kelamaan zat-zat asing tersebut mencemari lingkungan dalam bentuk pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah; dan itu berlangsung lama dan akhirnya alam tidak sanggup lagi mengolah bahan asing tersebut secara alamiah. Dalam perkembangan selanjutnya, terutama dalam abad ke-20, dalam waktu yang relative singkat, keseimbangan antara kedua bentuk lingkungan hidup manusia, yaitu lingkungan hidup yang alami (natural environment or the biosphere of his inheritance) dan lingkungan hidup buatan (man-made environment or the technophere of his creation) mengalami ganguan (out of balance), secara fundamental mengalami konflik (potentially in deep conflict). Inilah yang dianggap sebagai awal krisis lingkungan, karena manusia sebagai pelaku sekaligus menjadi korbanya.

DAFTAR BACAAN

Effendi, R dan  Malihah, E .2006, Interaksi Manusia dan Lingkungan. Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT). Bahan Belajar Mandiri 6: Dalam http://file.upi.edu/BBM.pdf. Diakses pada Tanggal 12 Juli 2010
Chiras, D. D, 1985., Environmental Sciences: A Frame Workfor Decision Making,The Benyamin-Cuming Publishing Company Inc, California.

Tidak ada komentar:

SEJARAH MUSIK SULING BAMBU DI TIMOR

Oleh:   Ir. Beny. Ulu Meak, M.Si Sejarah tentang suling bambu sudah sedemikan lama dan erat kaitannya dengan peradaban manus...