Jumat, 28 Februari 2020

SEJARAH MUSIK SULING BAMBU DI TIMOR



Oleh:  Ir. Beny. Ulu Meak, M.Si



Sejarah tentang suling bambu sudah sedemikan lama dan erat kaitannya dengan peradaban manusia. Menurut penutur adat di wilayah As Manulea, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bahwa masuknya alat musik suling bambu di daerah Timor dibawa oleh para pedagang dari India yang berlayar ke Indonesia melewati selat Malaka, Batavia dan kemudian ke Ambon. Dari Ambon menuju pulau bunga (Sekarang Pulau Flores) dan berlabuh di pelabuhan tradisional Namon Sukaer (sekarang Atapupu) sekitar abad 16 (Dini, 2019). Hal ini dipertegas oleh Utomo (2017) bahwa pulau Timor pada abad ke-16 terkenal sebagai satu-satunya sumber cendana terbaik di dunia sehingga mendorong bangsa lain untuk datang berdagang cendana.
Menurut  Asa (2014) bahwa musik suling bambu di tanah Timor berasal dari daerah Minahasa dan Maluku yang pada mulanya muncul dan berkembang di daerah As Manulea Kabupaten Malaka, Provinsi NTT. Jika dilihat dari alat musiknya, suling bambu ini hanya digunakan untuk menemani diri dalam mengembala binatang ternak dengan bentuk dan struktur alat musik yang sangat sederhana. Seiring dengan perkembangan pendidikan yang ada di As Manulea kesenian yang awalnya berfungsi sebagai media pelengkap dalam mengisi kesendirian kemudian beralih sebagai seni pertunjukan.
Musik suling bambu As Manulea, Malaka, NTT mulai dikenal sejak tahun 1953 yang berawal hanya untuk bermain secara individu sampai bermain bersama dan ditonton oleh masyarakat luas sampai sekarang. Perkembangan musik suling bambu ini banyak dimainkan oleh masyarakat hingga kini karena alat musik ini gampang dibuat  dari bahan baku utama bambu yang mudah didapat, dan  relatif mudah untuk memainkannya  sehingga dapat  terjangkau untuk semua kalangan.
Suling bambu yang tengah berkembang di pulau Timor khususnya di wilayah dawan As Manlea dan Bani-Bani, Kabupaten Malaka  dan wialayah Lamaknen, Kabupaten Belu begitu pesat karena  awalnya dikembangkan oleh para guru sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang membimbing anak-anak untuk mengakrabi suling bamboo lewat kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya masing-masing. Sebut saja SDK Tunuahu dikala itu dibawah bimbingan Bapak Emanuel Un Bria, SDK Sasonet, SDK Maerah, SDK Bikane dan kini SDN As Manulea dan SPN 1 Lamaknen.
Di Timor dan khususnya Wilayah Belu, Suling bambu banyak dimainkan untuk mengiringi musik-musik tradisional. Suling Bambu menjadi terkenal dengan bentuk permaianan ansambel adalah miliknya orang dawan- Malaka. Bahkan suling bambu kian diminati berbagai kalangan dan setiap suguhan ansambel musik suling bambu selalu memukau pendengar. Hal ini dikarenakan bahwa musik  suling bamboo yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan komunitas tertentu sebagai “Folk Music” atau musik masyarakat yang merupakan kebiasaan turun temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.
Perkembangan fungsi alat musik suling ini untuk menyambut tamu atau untuk memeriahkan hari-hari nasional maupun acara keagamaan.




Daftar Bacaan

Asa, E. Abanit, 2014. Kontiunitas dan Perubahan Musik Suling Bambu di As Manlea, Malaka, Nusa Tenggara Timur, Yogyakarta: Skripsi, Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia.

Dini, Yakobus, M, 2019. Suling Bambu dalam Sebuah Misteri Leluhur Timor. Artikel dalam https://www.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 3 Januari 2020.

Utomo, Y. Wiji, 2017. Timor sebagai Nusa Cendana: Kronik Cina sampai Penjelajahan Eropa, Artikel dalam https://sains.kompas.com, diakses pada tanggal 20 Februari 2020.
 

SEJARAH MUSIK SULING BAMBU DI TIMOR

Oleh:   Ir. Beny. Ulu Meak, M.Si Sejarah tentang suling bambu sudah sedemikan lama dan erat kaitannya dengan peradaban manus...