Oleh:
Ir. Beny.Ulu Meak, M.Si
Pandangan dasar ekologis
terhadap manusia
Secara khusus, memang telah ada
diskusi-diskusi yang serius dan berkesinambungan tentang penerapan pandangan
ekologi terhadap manusia dari berbagai pendekatan teoritis yang ada seperti : Determinisme Lingkungan (Environmental Determinism) dan Posibilisme Lingkungan (Environmental Possibilism) yang
dikemukan oleh Arnold Toynbee
dalam bukunya yang sangat terkenal berjudul “A Study of History” (1947);
untuk memahami hubungan/interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya.
Ekologi manusia (human ecology)
adalah salah satu cabang khusus dari ekologi (Autoekologi) yang secara umum didefinisikan sebagai studi mengenai
hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya, pada akhir-akhir ini mendapatkan
perhatian yang sangat serius dari semua ilmu sosial dan ilmu lain yang terkait.
Meskipun demikian, dalam kenyataannya hanya ada sedikit kesesuaian pandangan mengenai
apa sebenarnya dan bagaimana seharusnya ekologi manusia itu. Seperti semua mahluk hidup lainnya,
manusia senantiasa berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Manusia mempengaruhi
lingkungan hidupnya dan sebaliknya juga manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.
Pandangan ekologi menyatakan bahwa sebenarnya manusia itu
sama seperti mahkluk hidup yang lain atau manusia tidak lebih dari sebuah pohon,
seekor burung maupun seekor ikan di laut karena manusia adalah mahkluk hidup sama
seperti makluk hidup lainnya akan selalu hidup berdampingan dengan sesama mahkluk
hidup dan saling membutuhkan untuk mempertahankan hidupnya serta selalu beradaptasi
dengan lingkungan hidupnya.
Manusia disebut sebagai Homo
Sapiens karena merupakan mahkluk hidup yang memiliki kearifan artinya bisa mengambil
keputusan serta memberi pertimbangan secara baik dan benar. Manusia merupakan khalikah (bahasa Arab) artinya yang mencipta
dan memiliki keistimewaan dibandingkan dengan ciptaan Tuhan lainnya karena manusia
memiliki akal budi, hati nurani mempunyai peranan tertentu dalam lingkungan hidupnya,
bermasyarakat dan memiliki kebudayaan dan peradaban. Citra lingkungan tradisional manusia pada umumnya ialah manusia merupakan
bagian lingkungan hidupnya. Karena itu kelangsungan hidup manusia tergantung dari
keutuhan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup tidak dipandang semata-mata sebagai
sumberdaya yang harus dieksploatasi, melainkan terutama sebagai tempat hidup
yang mensyaratkan adanya keserasian antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Manusia
juga disebut homo faber, yaitu: makhluk yang dapat membuat dan
mempergunakan alat untuk melakukan penyesuaian diri; homo laquens,
yaitu: makhluk yang dapat berbicara dan berkomunikasi; homo socialis,
yaitu: makhluk yang dapat bermasyarakat; homo economis, yaitu: makhluk
yang dapat berusaha; homo religious, yaitu: mahkluk yang beragama; artis creator, yaitu:
makhluk yang dapat menciptakan kesenian untuk menyatakan kesadaran estetikanya;
homo delegans, yaitu: makhluk yang dapat menyerahkan tugas kepada
manusia yang lainnya; dan homo legatus, yaitu: makhluk yang
mewariskan budaya (Effendi dan Malihah,
2006)
ManusiaDominanTerhadapLingkunganya
Manusia merupakan makhluk dominan secara ekologis karena memiliki
sifat-sifat anatomi serta mentalnya, sifat-sifat itulah yang menyebabkan manusia
dapat berkompetensi dan berhasil dengan baik mendapatkan apa yang
dibutuhkannya. Dengan demikian, ia dapat memberi pengaruh besar terhadap lingkungannya
serta organisme lainnuya dalam ekosistem. Kemampuan ini diperoleh dari keunggulan
manusia atas makhluk lain yang terdiri dari dua faktor berupa, Pertama: faktor karakteristik fisik yang
bersifat anatomis (bentuk tubuh); proporsi imbangan kaki dan tangan manusia
yang lebih panjang pada kaki memungkinkan manusia berdiri tegak, memberikan posisi
nyaman bagi punggung, leher, dan keleluasaan gerak tangan ibu jari manusia yang
leluasa digerakkan keberbagai arah, dan empat jari tangan lainnya, kondisi ini memungkinkan
manusia lebih bebas melakukan berbagai aktivitas; manusia selain bersifat herbivora,
juga bersifat karnivora, dan predator. Otak manusia besar jika dibandingkan dengan
ukuran tubuhnya. Otak bagian depan yang merupakan pusat pikiran lebih besar dan
kompleks jika dibandingkan dengan primate lainnya; dan Kedua: faktor karakteristik mental (pola berfikir), karena manusia memiliki
rasa ingin tahu yang tidak terbatas, hal ini memicu terbentuknya inovasi secara
berkesinambungan terutama terhadap berbagai aspek yang menyangkut kenyamanan dan
kebutuhan hidupnya; dan penglihatan tiga dimensi, memungkinkan manusia menghasilkan
alat dengan perspektif lebih baik, manusia mampu menakar jarak dan ruang.
Manusia mampu menikmati lebih banyak “persepsi warna” disbanding makhluk hidup lainnya,
sehingga mampu mengidentifikasi benda dengan mudah dan tepat.
Peran penting
manusia terhadap lingkungan hidupnya
1) Manusia sebagai organisme yang
dominan secara ekologik; maksudnya, organism dikatakan secara ekologik jika: (a). Manusia dapat berkompetensi secara lebih
baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama dalam hal makanan jika dibandingkan
dengan makhluk lain dalam suatu ekosistem, dan (b). Manusia
mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan tempat hidupnya, atau terhadap
organisme yang lain.
2) Manusia sebagai makhluk pembuat alat/tukang
(Homo Faber); artinya manusia dengan kemampuan pikirnya dapat membuat
alat-alat yang digunakan untuk mencari nafkah dan mempertahankan diri.Dengan alat
yang dibuatnya manusia juga
merupakan organisme yang dapat membudidayakan bahan makanannya sebgai suatu perubahan
cara hidup dari pengumpulan makanan jadi penanaman serta pemetik hasil tanaman merupakan
suatu pencapaian yang mempunyai dampak ekologi yang luas.
3) Manusia sebagai makhluk biologis imperialisme;
Menurut (Chiras,1985) bahwa manusia dikenal sebagai makhluk mengeksploitasi ekosistem
yang hebat, karena sifat dasar manusia sebagai penakluk dan pengatur alam. Sejak
semula manusia dengan mentalitas frontier
mengeksploitasi lingkungan hidupnya untuk memperoleh hasil yang
sebanyak-banyaknya,tidak hanya untuk makanan, tetapi juga untuk keperluan lain
seperti rumah,bahan organik untuk obat-obatan dan lain-lain .
4) Manusia sebagai penyebab evolusi; Perkembangan
pengetahuan dan ketrampilan teknis mengakibatkan manusia muncul sebagai makhluk
hidup dominan secara ekologik. Selain itu ia merupakan penyebab utama dalam
proses evolusi organik. Evolusi alamiah berlangsung sangat lambat, tetapi perusakan
alam oleh manusia baik yang dilakukan tidak sengaja maupun yang disengaja telah
mempercepat evolusi organik. Akibatnya, ada jenis-jenis organisme yang
jumlahnya sudah sangat kurang sampai batas sukar untuk dipulihkan kembali,
bahkan ada yang telah punah.Disamping itu, ada jenis-jenis yang justru meningkat
jumlahnya, ada jenis yang varietasnya bertambah. Semuanya itu disebabkan oleh intervensi
manusia.
5) Manusia sebagai makhluk pengotor; Manusia
merupakan satu-satunya makhluk yang mengotori lingkungannya. Selain faces
manusia juga membuang kotoran organik yang penguraiannya lambat sekali, kotoran
bahan sintetik dan juga racun. Semua ini akan mencemari lingkungan.Bahan buangan
berbentuk padat ada juga yang dapat dihancurkan secara biologic, seperti makanan sisa; ada yang tidak dapat dihancurkan secara
biologic, seperti: kertas, besi,
gelas, dan plastik.Bahan buangan berbentuk gas merupakan polutan yang paling
banyak dihasilkan sebagai kotoraan dari kawasan industri, misalnya CO, CO2,
hidrokarbon, belerang dioksida. Sumbernya ialah pembakaran sampah rumah tangga,
mesin industri dan mesin kendaraan.
6) Manusia
sebagai makluk sosial atau makluk berbudaya; artinya manusia memiliki akal dan budi, sehingga mampu untuk mengambil keputusan tentang
apa yang benar dan apa yang baik terhadap lingkungannya. Keputusan yang dibuat oleh
manusia didasarkan pada hubungan timbal balik atau “relationship” antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya,
seperti pengembangan potensi sumberdaya yang ada di ekosisitim atau tempat hidupnya
(habitat). Manusia yang memiliki akal dan budi senantiasa menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menciptakan nilai-nilai
(fisik, material dan sosial) yang bersifat universal, rasional, dan fungsional.
7) Manusia
sebagai animal educandum dan animal educandus sekaligus, yaitu manusia
sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik, sehingga manusia dapat menguasai
IPTEK (Ilmu, Pengetahuan dan Teknologi) sebagai kekuatan
pendorong (driving force) yang dapat mewujudkan sistim sosial berupa pengembangan
lingkungan fisiknya (benda mati), pengembangan lingkungan biologisnya (benda hidup)
dan pengembangan lingkungan sosial (manusia lainnya) dalam suatu hubungan yang
saling menguntungkan atau saling memberi.
Manusia Penyebab Gangguan Kerusakan
Lingkungan Hidup
Sejak tiga dasawarsa terakhir, para pakar dari berbagai bidang
ilmu telah sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa lingkungan kehidupan
di planet Bumi ini telah mengalami berbagai gangguan dan dampak yang
mengkhawatirkan karena mengancam keberlangsungan kesehjateraan kehidupan,
bahkan eksistensi (survival) manusia.
Penyebab utama semua gangguan lingkungan itu ternyata berpangkal pada manusia itu
sendiri, sebagai akibat laju peningkatan populasi yang sangat tinggi.
Berbagai kegiatan manusia, yang pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, secara langsung ataupun tidak, telah memberikan dampak besar
dan penting pada lingkungan yang seringkali berskala global.
Pada awal abad
19 sampai dengan abad 21 manusia berfikir bahwa mereka hidup pada dunia dan
zaman yang modern dan maju dalam teknologi dan segala bidang, yang akhirnya
membuat manusia bergantung pada teknologi. Manusia berfikir kemajuan teknologi
adalah suatau prestasi manusia dalam rangka menguasai dunia, namun manusia
terlena dan terlupakan dengan kehidupan yang akan datang, artinya kehidupan
pada generasi pasca kehidupan mereka.
Pada awal
revolusi yang dimotori oleh negara Perancis yang mengubah pola kerja dari
tenaga manusia menjadi tenaga mesin dan itu merubah juga pada kondisi
lingkungan. Yang mana dari mesin-mesin itu mengeluarkan asap, limbah dan
zat-zat lain. yang mengganggu lingkungan dan lama-kelamaan zat-zat asing
tersebut mencemari lingkungan dalam bentuk pencemaran udara, pencemaran air,
pencemaran tanah; dan itu berlangsung lama dan akhirnya alam tidak sanggup lagi
mengolah bahan asing tersebut secara alamiah. Dalam perkembangan selanjutnya,
terutama dalam abad ke-20, dalam waktu yang relative singkat, keseimbangan
antara kedua bentuk lingkungan hidup manusia, yaitu lingkungan hidup yang alami
(natural environment or the biosphere of
his inheritance) dan lingkungan hidup buatan (man-made environment or the technophere of his creation) mengalami
ganguan (out of balance), secara
fundamental mengalami konflik (potentially
in deep conflict). Inilah yang dianggap sebagai awal krisis lingkungan,
karena manusia sebagai pelaku sekaligus menjadi korbanya.
DAFTAR
BACAAN
Effendi,
R dan Malihah, E .2006, Interaksi Manusia
dan Lingkungan. Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi
(PLSBT). Bahan Belajar Mandiri 6: Dalam http://file.upi.edu/BBM.pdf.
Diakses pada Tanggal
12 Juli 2010
Chiras,
D. D, 1985., Environmental Sciences: A
Frame Workfor Decision Making,The Benyamin-Cuming Publishing Company Inc,
California.